10 Kumpulan Jurnal Tengtang Suku Bugis, Tolaki Dan Muna
KUMPULAN JURNAL YANG BERKAITAN DENGAN SUKU BUGIS, TOLAKI DAN MUNA
Judul : EKULTURASI NILAI-NILAI BUDAYA DALAM UPACARA KARIA PADA MASYARAKAT MUNA
Karangan : Abdul Aziz
Halaman : WALASUJI Volume 5, No. 1, Juni 2014: 105—118
Sinopsis : Karia adalah salah satu upacara inisiasi masyarakat Muna yang telah berlangsung secara turun-temurun dan hanya dilakukan oleh kaum perempuan saat usianya beranjak dewasa. Pelaksanaan upacara tersebut merupakan salah satu kewajiban orang tua yang harus dipenuhi sebelum anak gadisnya dinikahkan.
Judul : DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL ANTARA MASYARAKAT BUGIS DAN TORAJA DI SULAWESI SELATAN
Karangan : Nasriadi
Halaman : Populis, Volume 8 No. 1 Maret 2014: 95-103
Sinopsis : Interaksi yang tercipta antara masyarakat Bugis dan Toraja, bahwa suasana konflik antara suku tidak pernah terjadi, harmonisasi dalam bertetangga antara suku yang berbeda terlihat pada tingginya rasa persaudaraan, suku bugis yang dikenal dengan tatakrama dan sopan santun yang tinggi sehingga suku Toraja merasa dihargai. Faktor agama, budaya dan sosialmenjadi perekat dalam hidup mereka sehingga senantiasa terciptanya integrasi.
Judul : RELIGIUSITAS DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT BUGIS- MAKASSAR
Karangan : Mustaqim Pabbajah
Halaman : Jurnal Al- Ulum Volume. 12, Nomor 2, Desember 2012 Hal. 397-418
Sinopsis : Artikel ini mengulas tentang kepercayaan lama orang Bugis dan Makassar. Kepercayaan yang bentuk dan manifestasinya masih bisa ditelusuri keberadaannya sampai sekarang. Dalam konsep ketuhanan, misalnya, istilah Dewata Seuwa (Bugis) dan Tau ri A’rana (Makassar) masih sering diengar dan diyakini eksistensinya. Demikian pula dalam kehidupan sehari-hari, acara-acara seperti “mappangre galung” dan “maccera tasi” masih sering dilakukan dalam masyarakat petani dan nelayan.
Judul : MITOS KOLOIMBA DAN KONSEP INSES DALAM MASYARAKAT TOLAKI
Karangan : Jamaluddin M.
Halaman : Widyariset, Vol. 16 No.1, April 2013: 93–100
Sinopsis : Konsep inses dalam mitos dan relasinya dengan budaya masyarakat Tolaki mengemu-kakan tentang larangan inses dan menganggap bahwa perkawinan inses adalah sesuatu yang tabu dan terlarang. Mitos Koloimba menyatakan larangan tetapi tidak disertai dengan anjuran, lebih menekankan aspek dampak dari suatu perbuatan yang dianggap tabu atau pantang dilakukan, khususnya pelanggaran terhadap larangan inses.
Judul : TRADISI KASAMBU DAN FUNGSINYA PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA TRADISI KASAMBU DAN FUNGSINYA PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA
Karangan : Masgaba
Halaman : Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 1 Juni 2015: 33-44
Sinopsis : Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan prosesi pelaksanaan upacara kasambu dan menjelaskan fungsinya bagi kehidupan masyarakat Muna, bahwa kasambu merupakan ritual yang dilakukan masyarakat Muna pada usia 7-8 kehamilan pertama seorang perempuan. Pada masa ke kinian ritual ini masih eksis walaupun ada pergeseran dalam hal penggunaan jasa sando pada saat melahirkan digantikan oleh tenaga medis. Ritual kasambu dilakukan agar orang tua dan anak dapat terhindar dari malapetaka yang mungkin akan menimpanya, dan melahirkan dengan selamat.
Judul : REKONSTRUKSI IMPRESIF RITUAL MOSEHE WONUA DALAM RITUSKONAWE (TOLAKI)
Karangan : Puji Astuti
Halaman : Volume 12 No. 1, Mei 2016 Halaman 116—134
Sinopsis : Ritual Mosehe Wonua yang menjadi khazanah budaya suku Tolaki ditangkap oleh penyair, Iwan Konawe, sebagai data dalam rangkaian kreativitas yang tertuang di dalam buku kumpulan puisi Ritus Konawe. Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana ritual Mosehe Wonua direkonstruksikan dalam Ritus Konawe? Data berupa empat puisi dalam buku Ritus Konawe yang dinilai bermuatan ritual Mosehe Wonua, yaitu Ritus Mosehe, Ritus Mosehe Ritus Tolaki, Pada Desa yang Berkabung, dan Ritus Konawe.
Judul : SEJARAH DAN RAGAM HIAS PAKAIAN ADAT TOLAKI DI SULAWESI TENGGARA
Karangan : Basrin Melamba
Halaman : MOZAIK: Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2, Juli - Desember 2012 : 92 -209
Sinopsis : Tulisan inimenjelaskanmengenai sejarah pakaian tradisional Tolaki, pada awalnya masyarakat Tolaki mengenal pakaian yang terbuat dari kulit kayu yang disebut dengan kinawo dengan menggunakan peralatan tradisional berupa watu ike, bahannya dari kulit kayu. Kemudian periode kuno pengenalan pakaian juga di adopsi dari Luwu sejak abad ke-13, kemudian berkembang pada zaman pemerintahan Lakidende dengan gelar Sangia Ngginoburu, dengan mendatangkan orang yang secara khusus memiliki keterampilan menenun pakaian.
Judul : EKSISTENSI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT TOWANI TOLOTANG DIKECAMATAN TELLU LIMPOE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
Karangan : Ahsanul Khaliqin
Halaman : Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X No. 4, Hal. 820-833
Sinopsis : Agama bagi masyarakat Towani Tolotang merupakan dasar etika sosial di mana praksis sosial digerakkan. Nuansa keberagamaan masyarakat Towani Tolotang yang titik sentral kepemimpinannya dikendalikan oleh uwa’ dan uwatta. Kepemimpinan tradisional tersebut diberikan dengan pola pewarisan secara estafet dari generasi ke generasi berikutnya sampai sekarang, dan masih tetap dipertahankan sebagai sesuatu yang sacral.
Judul : KAGHATI KALOPE: PERMAINAN TRADISIONAL MASYARAKAT MUNA KAGHATI KALOPE: TRADITIONAL GAME OF MUNA SOCIETY
Karangan : Raodah
Halaman : WALASUJI Volume 5, No. 1, Juni 2014: 157—170
Sinopsis : Kaghati kalope adalah layang-layang tradisional masyarakat Muna, terbuat dari bahan alami daun kalope (ubi hutan) dan dimainkan dengan cara melakukan ritual terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tradisi pembuatan dan permainan kaghati kalope yang keberadaannya hampir punah di tengah kemajuan teknologi modern. Pembuatan kaghati kalope hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena sarat dengan pantangan-pantangan dan melalui berbagai ritual. Kaghati kalope telah berkali-kali menang dalam ajang festival layang-layang dunia, sebagai layang-layang yang paling alami. Dalam permainan kaghati kalope terkandung nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai bagian dari pembentukan jati diri dan karakter bangsa.
Judul : PENAKLUKAN NEGARA ATAS AGAMA LOKAL (Kasus Towani Tolotang di Sulawesi Selatan)
Karangan : Hasse J
Halaman : Jurnal Al- Ulum Volume. 12, Nomor 2, Desember 2012 Hal. 335-354
Sinopsis : Pada satu sisi, penataan terhadap agama lokal merupakan sebuah solusi terhadap penataan kehidupan beragama di Indonesia. Namun pada sisi lain, justru merupakan sebuah tindakan yang hanya menguntungkan keberadaan agama-agama resmi. Dengan demikian, keberadaan agama-agama lokal seperti Towani Tolotang dalam perkembangan selanjutnya akan terus mengalami proses penguatan eksistensi yang dilakukan melalui beberapa cara atau strategi.
Komentar
Posting Komentar